div id='fb-root'/>
Efraim blogs,ATC! »
Love-Devotion

Feeling- Emotion

Don't be afraid to be weak
Don't be too proud to be strong
Just look into your heart my friend
That will be the return to yourself
The return to innocence

If you want , than start to laugh
If you must , than start to cry
Be yourself don't hide
Just believe in destiny

Don't care what people say
Just follow your own way
Don't give up and use the chance
To return to innocence

That's not the beginning of the end
That's the return to yourself
The return to innocence

Sabtu, 27 November 2010

BISNIS

  • i
Pabrik uang yang terabaikan

Indonesia, negara kaya raya di jagad khatulistiwa terbentang dengan pongah di antara dua benua dan dua samudera. Memiliki ribuan pulau besar dan kecil, yang mengandung berbagai kekayaan alam baik yang tidak dapat maupun yang dapat diperbaharui.

Sebagai negara kaya raya, Indonesia masih menyimpan banyak permasalahan-permasalahan yang menggelayut di pilar-pilar penyangga negeri ini? Sebut saja perihal korupsi yang sampai saat ini masih saja santer dibicarakan. Masalah lain yang tak kalah pentingnya adalah perihal kecukupan pangan untuk bangsa besar ini. Namun pangan yang dimaksud bukanlah pangan yang hanya terpenuhi secara kuantitasnya saja, sisi kualitas harus menjadi prioritas utama demi terwujudnya generasi bangsa yang sehat, dengan tingkat inteligensi yang tinggi.

Kenyataannya, harapan itu masih jauh. Bagai mengejar fatamorgana, bangsa yang hidup dengan kemewahan wilayahnya ini masih saja didera dengan kondisi pangan yang tidak mencukupi persyaratan hidup. Hal ini dibuktikan dengan capaian per kapita konsumsi protein hewani masih jauh dari cukup. Tercatat sampai saat ini konsumsi daging per kapita per tahun, baru mencapai 8,5 Kg (data USDA-GAIN Report Oktober 2007), dari angka tersebut konsumsi daging ayam hanya 4,5 kg/kapita/tahun. Konsumsi telur pun hanya 67 butir/kapita/tahun. Angka konsumsi tersebut merupakan yang terendah di antara negara-negara ASEAN. Di samping itu, program swasembada daging 2010 sampai hari ini belum terlihat titik terangnya. Dapatkah bangsa ini tumbuh sempurna dengan IQ tinggi bila mereka hanya disuguhi pangan yang mencukupi dari segi kuantitasnya saja?
Bekal Untuk Tahun 2010
Mengingat peran daging ayam sebagai subtitusi daging ruminansia terutama daging sapi akan terus berlanjut, bahkan peluangnya akan semakin besar. Hal tersebut didasarkan pada pasokan daging sapi yang semakin berkurang, untuk imporpun selain jumlahnya terbatas karena negara pemasok yang terbatas akibat faktor penyakit, juga harganya relatif tinggi.

Selama 5 tahun terakhir ini, tren perkembangan perunggasan terbukti terus meningkat meskipun besaran setiap tahunnya masih fluktuatif. Isu flu burung masih ada namun tidak dikaitkan dengan isu pemusnahan unggas sehingga konsumen tidak lagi dibayang-bayangi oleh kasus Flu Burung.
Sebelum memasuki jendela baru tahun 2010, beberapa hal yang perlu menjadi catatan penting adalah (1) kenali dan pahami lebih seksama tentang sifat dan potensi ayam komersial modern, (2) aplikasi vaksinasi dan pengobatan perlu dilakukan secara tepat.

Untuk program pengobatan misalnya, drh Iwan Syahrial MSi Kandidat Doktor pada Program Studi Sains Veteriner FKH UGM Yogyakarta menegaskan harus memenuhi 4 persyaratan, yakni jenis obatnya, kemampuan obat mencapai organ yang sakit, obat tersedia dalam kadar yang cukup dan obat harus berada dalam tubuh ayam dalam waktu yang cukup pula, (3) tingkatkan keramahan terhadap lingkungan, dan (4) semua usaha tersebut harus didukung dengan penerapan biosekuriti yang tepat dan menyeluruh agar tatalaksana pemeliharaan yang baik dapat memberikan hasil yang baik pula untuk kesejahteraan peternak.

Prospek Untuk Pengembangan Ternak Besar
Departemen Pertanian menargetkan swasembada daging sapi secara bertahap pada tahun 2014. Melalui sejumlah program, penyediaan daging sapi dari dalam negeri diproyeksikan meningkat dari 67 persen pada tahun 2010 menjadi 90 persen pada tahun 2014. Hal ini disampaikan Menteri Pertanian Suswono dalam Seminar Nasional Pengembangan Ternak Potong untuk Mewujudkan Program Kecukupan atau Swasembada Daging di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Sabtu (7/11), upaya swasembada daging sapi akan ditempuh melalui sejumlah program, di antaranya memperbanyak jumlah populasi sapi induk melalui program kredit usaha pembibitan sapi. Selain itu, juga memanfaatkan lahan-lahan yang masih potensial digunakan untuk usaha peternakan dan meningkatkan jumlah kelahiran anak sapi menjadi 100.000 ekor dalam lima tahun ke depan.

”Dengan berbagai upaya ini, populasi sapi potong ditargetkan meningkat dari 12 juta ekor pada tahun 2009 menjadi 14,6 juta ekor pada tahun 2014,” kata Suswono. Program swasembada daging sapi telah ditargetkan sebelumnya, yaitu pada tahun 2005, kemudian direvisi menjadi tahun 2010. Selama periode ini, Indonesia masih mengimpor 40 persen dari total kebutuhan daging sapi yang ada pada tahun 2009 mencapai 322,1 ribu ton. Meskipun populasi sapi potong dari tahun 2005 hingga tahun 2009 meningkat sebanyak 4,4 persen per tahun, populasi sapi potong dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan daging sapi. Dari berbagai kerja sama, baik dalam maupun luar negeri, Departemen Pertanian menargetkan hasil sebanyak 50.000 ekor sapi dalam lima tahun mendatang. Di bidang pemanfaatan lahan potensial, integrasi perkebunan sawit dengan peternakan sapi diproyeksikan dapat menghasilkan 50.000 sapi dalam lima tahun.

0 comments:

Posting Komentar

Terimakasih